Total Pageviews

Home » , » Penentuan Awal Ramadhan yang berbeda itu Laknat, Bukan Rahmad : Prof.Sofjan

Penentuan Awal Ramadhan yang berbeda itu Laknat, Bukan Rahmad : Prof.Sofjan

Sebuah ulasan dari situs warta terkemuka detik.com  yang di terbitkan pada (14/7/2012) cukup membuat respon yang sangat luar biasa, tercatat sampai  (20/7) telah di share via facebook 5,8rb kali, via twitter 1,511 kali g+6 kai dan tercatat 526 komenter telah masuk dengan berbagai tanggapannya.

Tradisi perbedaan dalam penentuan awal ramadhan di Indonesia memang bukan pertamakalinya dan juga untuk penentuan  hari raya Idul fitri, sebagian kalangan menilai ini adalah sebuah rahmad namun beberapa kalangan dengan berani mengatakan bahwa perbedaan ini adalah sebuah Laknat, mari kita simak alasan Prof.Sofjan mengatakan hal tersebut.


Dikatakan beliau Prof. Dr. Sofjan Siregar, MA yang saat ini tercatat sebagai  staf pengajar pada Islamic University of Europa, kepada detikcom, Sabtu (14/7/2012)


“Perbedaan awal puasa antar negara adalah hal yang bisa difahami, walau pun tidak mesti terjadi pada masa sekarang yang serba canggih bahwa setelah konjungsi hilal sudah muncul di atas horizon setelah terbenam matahari”.

"Namun jika perbedaan awal Ramadan di satu negara apalagi di kota yang sama seperti Jakarta bahkan di satu gang yang sama, maka itu bukan lagi rahmat, namun laknat bagi umat Islam di tanah air," ujar Sofjan. 


Latar belakang munculnya perbedaan dalam penentuan awal ramadhan ini di katakana bukan berdasarkan metode antara rukyah dan hisab, namun lebih mengutamakan Gengsi antara kubu Muhamadiyah yang menerapkan metode Horizon Bebas, Sedangkan  kementrian Agama di dominasi oleh pemikiran Horizon Lokal.

"Karena methode apa pun yang dipakai jika masing-masing pihak memahami bahwa tujuan dari rukyah dan hisab adalah sama yaitu hilal, pasti bisa ketemu dan puasa bersama," tandas Sofjan.

Lanjut Sofjan, hakekat dan esensi perintah merukyah bukan ibadah dan tidak boleh disakralkan, tapi justru adalah untuk mengetahui apakah hilal sudah muncul atau belum. Jika kita sudah tahu hilal jauh sebelumnya, mengapa lajnatul isbath Kemenag dan ormas islam lainnya harus menunggu 29 Syaban setiap tahun untuk observasi hilal?

Jika hilal sudah diyakini pasti muncul, mungkin dilihat di tempat lain, namun tidak mungkin dilihat di Indonesia, mengapa Kemenag harus mengerahkan massa memantau hilal di beberapa titik di tanah air pada 29 Syaban?

"Artinya kenapa anggaran observasi dialokasikan dan dicairkan padahal sudah tahu haqqulyakin bahwa hilal untuk tahun ini pada tanggal tersebut tidak bisa dirukyah?Bukankah ini suatu pembodohan umat?," gugat Sofjan.

"Adalah suatu kesalahan besar jika beberapa ormas Islam dan lajnatul isbath Kemenag masih bersikeras mempertahankan tradisi dan adat yang tidak ada kaitannya dengan ibadat. Merukyah sendiri, dengan melakukan methode horizon lokal, berarti mempersempit rahmat dan menyebar laknat terhadap umat Islam di tanah air," demikian Sofjan.
(es/es)
 

sumber : Detik.com
4.5

Posted by : Admin ~ / e-Clopedia

Artikel Penentuan Awal Ramadhan yang berbeda itu Laknat, Bukan Rahmad : Prof.Sofjan ini Diposting oleh :Admin Kritik dan saran dapat disampaikan via kotak komentar.. atau pada menu Contact Us,
~ Terima kasih atas kunjungannya Semoga Bermanfaat.~